Sejarah

Pertanyaan

sejarah s kerajaan majapahit

2 Jawaban

  • Setelah raja Śri Kĕrtānegara gugur, kerajaan Singhasāri berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Salah satu keturunan penguasa Singhasāri, yaitu Raden Wijaya, kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah keturunan Ken Angrok, raja Singhāsāri pertama dan anak dari Dyah Lěmbu Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya. Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kĕrtanāgara yang masih terhitung keponakan. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Nāgarakertāgama menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Kěrtanāgara dinikahinya semua. Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasāri, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara. Kekalahan yang diderita Singhasāri menyebabkan Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan di sana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah di hutan Těrik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru yang diberi nama Majapahit. Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang.

    Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun 1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan untuk menghukum Singhasāri atas penghinaan yang pernah diterima utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari. Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan 5.000 tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina.

    Dengan dikawal dua perwira dan 200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban. Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Majapahit. Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar Śri Kĕrtarājasa Jayawardhana. Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar Śri Parameśwari Dyah Dewi Tribhūwaneśwari, Śri Mahādewi Dyah Dewi Narendraduhitā, Śri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnyāparamitā, dan Śri Rājendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari Tribhūwaneśwari ia memperoleh seorang anak laki
  • Raja-Raja yang pernah memerintah Kerajaan Majapahit:
    1. Raden Wijaya 1273 – 1309
    2. Jayanegara 1309-1328
    3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
    4. Hayam Wuruk 1350-1389
    5. Wikramawardana 1389-1429
    6. Kertabhumi 1429-1478
    Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di
    masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389).
    Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur,
    perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan
    laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan
    patih Gajah Mada.
    Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan
    daerah lain. Dengan semangat persatuan yang dimilikinya,
    dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak
    akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan
    seluruh wilayah Nusantara”.
    Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama
    menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di masa
    Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364
    Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun
    1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami
    kemunduran.
    Hayam Wuruk pada tahun
    1350-1389, berkali-kali sang patih Gajah Mada –yang juga
    panglima ahli perang di masa itu– harus menguras energi
    untuk memadamkan pemberontakan di beberapa daerah.
    Pemberontakan Ronggolawe sampai serangan kerajaan
    Dhaha, Kediri.
    Bahkan salah satu penyebab kemunduran dan hancurnya
    kerajaan Majapahit adalah ketika meletusnya Perang
    Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara
    memperebutkan kekuasaan, daerah bawahan mulai
    melepaskan diri dan berkembangnya Islam di daerah pesisir
    Kerajaan Majapahit yang pernah mengalami masa
    keemasan dan kejayaan harus runtuh terpecah-pecah
    setelah kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan
    Gajah Mada.

Pertanyaan Lainnya