Sejarah

Pertanyaan

bagaimana akhir dari perang padri?

2 Jawaban

  • Serangan yang gencar dan
    besar ke Benteng Bonjol akhirnya berhasil.
    Tanggal 15 Agustus 1837, Bukit Tajadi jatuh,
    dan pada tanggal 16 Agustus 1837 Benteng
    Bonjol secara keseluruhan dapat ditaklukkan.
    Namun Tuanku Imam Bonjol dapat meloloskan
    diri keluar dari benteng dengan didampingi
    oleh beberapa pengikutnya menuju daerah
    Marapak.
    Dalam pelariannnya, Tuanku Imam Bonjol terus
    berusaha berhubungan dengan pasukannya
    yang tercerai berai. Namun perang tiga tahun
    berturut-turut hanya menyisakan jumlah
    pasukan yang sedikit dan siap untuk
    bertempur kembali.
    Dalam kondisi seperti itu, datang surat tawaran
    dari Residen Francis di Padang untuk mengajak
    berunding. Tuanku Imam Bonjol bersedia
    untuk berunding. Disepakati bahwa
    perundingan tidak boleh lebih dari 14 hari.
    Selama perundingan berlaku gencatan senjata.
    Tuanku Imam Bonjol diminta untuk datang ke
    Palupuh, tempat perundingan, tanpa membawa
    senjata. Persis seperti yang terjadi pada
    Pangeran Diponegoro, hal itu cuma jebakan
    Belanda untuk menangkap Tuanku Imam
    Bonjol.
    Peristiwa itu terjadi di bulan Oktober 1837.
    Dalam kondisi sakit, Tuanku Imam Bonjol
    langsung dibawa ke Bukittinggi kemudian ke
    Padang, untuk selanjutnya diasingkan. Tanggal
    23 Januari 1838, ia dipindahkan ke Cianjur.
    Akhir tahun 1838, ia kembali dipindahkan ke
    Ambon. Ini belum berakhir, karena 19 Januari
    1839, Tuanku Imam Bonjol kembali
    dipindahkan ke Manado. Di sini Tuanku Imam
    Bonjol menjalani masa pembuangan selama 27
    tahun lamanya. Tanggal 8 November 1864,
    Tuanku Imam Bonjol menghembuskan nafas
    terakhirnya.
    Meskipun pada tahun 1837 Benteng Bonjol
    dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam
    Bonjol berhasil ditipu dan ditangkap, tetapi
    peperangan ini masih berlanjut. Benteng
    terakhir Kaum Padri yang bertahan adalah Dalu-
    Dalu (Rokan Hulu), yang waktu itu telah
    dipimpin oleh Tuanku Tambusai. Benteng ini
    pun akhirnya jatuh pada 28 Desember 1838.
    Ini memaksa Tuanku Tambusai mundur.
    Bersama sisa-sisa pengikutnya, dia pindah ke
    Negeri Sembilan di Semenanjung Malaya.
    Dengan begitu, berakhir sudah Perang Padri,
    civil war terhebat dalam sejarah Indonesia.
    Kerajaan Pagaruyung ditetapkan menjadi
    bagian dari Pax Netherlandica dan wilayah
    Padangse Bovenlanden. Ini berarti Kerajaan
    Pagaruyung telah berada di bawah
    pengawasan Pemerintah Hindia-Belanda.
  • belanda menyerang benteng kaum paderi di bonjol dan tentara yang dipimpin oleh jendral dan para perwira belanda tetapai sebagian besar terdiri dari suku seperti jawa,madura,bugis,dan ambon. sory kalok salah

Pertanyaan Lainnya